Materi BK pribadi sosial dibawah ini adalah materi yang bisa bermanfaat untuk yang lagi belajar seputar bimbingan dan konseling. aku share ke temen2 nih.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Memahami Makna Bimbingan dan Konseling
Prayitno & Amti (2004) menyebut bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal,dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier.
SK Mendikbud No. 025/1995yang menyangkut bimbingan dan konseling menegasan istilah yang digunakan yaitu guru pembimbing, kegiatannya bertolak dari BK Pola-17, pelaksanaan kegiatan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis penilaian dan tindak lanjut. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di dalam dan di luar jam kerja. Upaya peningkatan profesionalisme guru pembimbing ditempuh melalui Musyawarah Guru Pembimbing.
Prayitno & Amti (2004) menyebut bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal,dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier.
SK Mendikbud No. 025/1995yang menyangkut bimbingan dan konseling menegasan istilah yang digunakan yaitu guru pembimbing, kegiatannya bertolak dari BK Pola-17, pelaksanaan kegiatan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis penilaian dan tindak lanjut. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di dalam dan di luar jam kerja. Upaya peningkatan profesionalisme guru pembimbing ditempuh melalui Musyawarah Guru Pembimbing.
B. Rasionel dan Urgensi Bimbingan dan Konseling
Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal menjelaskan bahwa:
1) Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah adalah upaya memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan potensi dirinya.
2) Konseli sebagai individu yang sedang berkembang ke arah kematangan, untuk mencapai kematangan tersebut konseli memerlukan bimbingan karena masih kurang memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungan, juga pengalaman dalam menentukan arah hidupnya.
Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal menjelaskan bahwa:
1) Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah adalah upaya memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan potensi dirinya.
2) Konseli sebagai individu yang sedang berkembang ke arah kematangan, untuk mencapai kematangan tersebut konseli memerlukan bimbingan karena masih kurang memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungan, juga pengalaman dalam menentukan arah hidupnya.
C. Arah Pelayanan Bimbingan Konseling Pribadi dan Sosial
Pelayanan Bimbingan dan Konseling diarahkan untuk memfasilitasi pengembangan siswa, secara individual, kelompok/klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi dan peluang yang dimiliki.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling diarahkan untuk memfasilitasi pengembangan siswa, secara individual, kelompok/klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi dan peluang yang dimiliki.
D. Standar Kompetensi Kemandirian Siswa
Standar Kompetensi Kemandirian melingkupi upaya pengembangan dan mewujudkan potensi diri siswa secara penuh dalam aspek pribadi, sosial, belajar dan karier. Serta upaya memfasilitasi perkembangan siswa.
E. Komplementasi Bimbingan dan Konseling dengan Pengembangan diri
Pengembangan diri adalah bagian dari KTSP yang dalam pelaksanaan pengembangan diri bukan sebagai mata pelajaran tetapi dapat dipadukan dengan mata pelajaran tertentu. Pengembangan diri hanya sebagian saja dari kegiatan konselor sekolah serta bukan menjadi tugas pokok konselor tetapi dimaknai sebagai tugas tambahan.
Standar Kompetensi Kemandirian melingkupi upaya pengembangan dan mewujudkan potensi diri siswa secara penuh dalam aspek pribadi, sosial, belajar dan karier. Serta upaya memfasilitasi perkembangan siswa.
E. Komplementasi Bimbingan dan Konseling dengan Pengembangan diri
Pengembangan diri adalah bagian dari KTSP yang dalam pelaksanaan pengembangan diri bukan sebagai mata pelajaran tetapi dapat dipadukan dengan mata pelajaran tertentu. Pengembangan diri hanya sebagian saja dari kegiatan konselor sekolah serta bukan menjadi tugas pokok konselor tetapi dimaknai sebagai tugas tambahan.
BAB II
TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING
TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Tujuan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek Pribadi-Sosial Konseli
Dalam dokumen Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (DitJen PMPTK-Depdiknas, 2007) dirumuskan tujuan bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya di masa yang akan datang.
2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin.
3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
4) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat dan lingkungan kerja.
B. Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek-Aspek Konseli
1. Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek Pribadi-Sosial Konseli
Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli dirumuskan sebagai berikut:
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain
3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif
4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara obektif
5) Memiliki sikap positif
6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
7) Bersikap respek terhadap orang lain
8) Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen
9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial
10) Memiliki kemampuan menyelesaikan konflik
11) Memiliki kemampuan mengambil keputusan secara efektif
2 Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek Akademik/Belajar Konseli
Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan aspek akademik/belajar konseli dirumuskan sebagai berikut:
1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri
2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar positif
3) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat
4) Memiliki keterampilan belajar efektif
5) Memiliki keterampilan menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan
6) Memiliki kesiapan mental dan mampu menghadapi ujian
3. Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek Karier Konseli
Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan aspek karier konseli dirumuskan sebagai berikut:
1) Memiliki Pemahaman diri yang terkait dengan pekerjaan
2) Memiliki pengetahuan dan informasi mengenai dunia kerja
3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja
4) Memahami relevansi kompetensi belajar dengan syarat keahlian
5) Memiliki kemampuan membentuk identitas karier
6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan
C. Implementasi Tujuan Bimbingan dan Konseling melalui Penelitian pada Populasi Siswa
Bimbingan sosial-pribadi bagi Anak Berbakat Akademik (ABA), dengan subjek SMAN 3 Bandung, SMAN 1, 3 dan 8 Yogyakarta. Studi ini berimplikasi siswa dipandang memiliki kebutuhan unik daripada individu bermasalah. Model bimbingan perkembangan sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kecakapan sosial-pribadi ABA.
Selanjutnya program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat di SMA N 2 Tangerang. Program bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa mengatasi masalah perkembangan seksualitasnya, membimbing siswa belajar memahami dan mengelola dorongan seksual secara sehat.
Bimbingan pribadi-sosial khusus untuk siswa kelas unggulan di SMA N 1 Soreang. Tidak ada perbedaan nyata antara masalah emosi-sosial siswa kelas unggulan berprestasi tinggi, sedang dan rendah. Permasalahan labeling merupakan kunci masalah aspek sosial sekaligus emosi siswa kelas unggulan.
Dalam dokumen Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (DitJen PMPTK-Depdiknas, 2007) dirumuskan tujuan bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya di masa yang akan datang.
2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin.
3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
4) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat dan lingkungan kerja.
B. Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek-Aspek Konseli
1. Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek Pribadi-Sosial Konseli
Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli dirumuskan sebagai berikut:
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain
3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif
4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara obektif
5) Memiliki sikap positif
6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
7) Bersikap respek terhadap orang lain
8) Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen
9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial
10) Memiliki kemampuan menyelesaikan konflik
11) Memiliki kemampuan mengambil keputusan secara efektif
2 Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek Akademik/Belajar Konseli
Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan aspek akademik/belajar konseli dirumuskan sebagai berikut:
1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri
2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar positif
3) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat
4) Memiliki keterampilan belajar efektif
5) Memiliki keterampilan menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan
6) Memiliki kesiapan mental dan mampu menghadapi ujian
3. Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek Karier Konseli
Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan aspek karier konseli dirumuskan sebagai berikut:
1) Memiliki Pemahaman diri yang terkait dengan pekerjaan
2) Memiliki pengetahuan dan informasi mengenai dunia kerja
3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja
4) Memahami relevansi kompetensi belajar dengan syarat keahlian
5) Memiliki kemampuan membentuk identitas karier
6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan
C. Implementasi Tujuan Bimbingan dan Konseling melalui Penelitian pada Populasi Siswa
Bimbingan sosial-pribadi bagi Anak Berbakat Akademik (ABA), dengan subjek SMAN 3 Bandung, SMAN 1, 3 dan 8 Yogyakarta. Studi ini berimplikasi siswa dipandang memiliki kebutuhan unik daripada individu bermasalah. Model bimbingan perkembangan sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kecakapan sosial-pribadi ABA.
Selanjutnya program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat di SMA N 2 Tangerang. Program bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa mengatasi masalah perkembangan seksualitasnya, membimbing siswa belajar memahami dan mengelola dorongan seksual secara sehat.
Bimbingan pribadi-sosial khusus untuk siswa kelas unggulan di SMA N 1 Soreang. Tidak ada perbedaan nyata antara masalah emosi-sosial siswa kelas unggulan berprestasi tinggi, sedang dan rendah. Permasalahan labeling merupakan kunci masalah aspek sosial sekaligus emosi siswa kelas unggulan.
BAB III
KOMPONEN PROGRAM
BIMBINGAN DAN KONELING
KOMPONEN PROGRAM
BIMBINGAN DAN KONELING
Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu:
1. Pelayanan Dasar Bimbingan
2. Pelayanan Responsif
3. Perencanaan Individual
4. Dukungan Sistem
1. Pelayanan Dasar Bimbingan
1.1. Pengertian Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar yaitu proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan konseli memilih dan mengambil keputusan.
1.2. Tujuan Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar bertujuan membantu semua konseli agar memperoleh perkembangan yang normal, mental yang sehat dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, agar konseli dapat mencapai tugas perkembangannya.
1.3. Fokus Perkembangan
Fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier.
1.4. Strategi Implementasi Program Pelayanan Dasar
Strategi Implementasi Program Pelayanan Dasar diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Bimbingan Kelas
Kegiatan bimbingan kelas ini berupa diskusi kelas atau brainstorming.
b. Pelayanan Orientasi
Kegiatan yang memungkinkan siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama lingkungan sekolah. Biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru.
c. Pelayanan Informasi
Pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermafaat bagi siswa melalui komunikasi.
d. Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok kecil, topik yang didiskusikan adalah masalah umum.
e. Pelayanan Pengumpulan Data
Mengumpulkan data pribadi siswa dan lingkungan siswa.
2. Pelayanan Responsif
2.1. Pengertian Pelayanan Responsif
Pelayanan responsif merupakan bantuan kepada konseli yang berkebutuhan dan bermasalah yang perlu pertolongan segera.
2.2. Tujuan Pelayanan Responsif
Tujuan dari pelayanan responsif yaitu membantu konseli agar dapat memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas perkembangannya.
2.3. Fokus Perkembangan Pelayanan Responsif
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli. Masalah (gejala perilaku bermasalah) yang kemungkinan dialami konseli yaitu:
a. Merasa cemas tentang masa depan
b. Merasa rendah diri
c. Berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan)
d. Membolos
e. Malas belajar
f. Kurang dapat bergaul
g. Prestasi belajar rendah
h. Malas beribadah
i. Masalah pergaulan bebas, tawuran
j. Pengelolaan stres
k. Masalah dalam keluarga
2.4. Strategi Implementasi Program Pelayanan Responsif
Strategi implementasi program pelayanan responsif diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Konseling Individual dan Kelompok
2) Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
3) Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
4) Kolaborasi dengan Orangtua Siswa
5) Kolaborasi dengan pihak terkait di luar Sekolah atau Madrasah
6) Konsultasi
7) Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
8) Konferensi Kasus
9) Kunjungan Rumah
3. Perencanaan Individual
3.1. Pengertian Perencanaan Individual
Perencanaan individual merupakan bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berhubungan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman dirinya.
3.2. Tujuan Perencanaan Individual
Tujuan perencanaan individual dirumuskan sebagai upaya memfasilitsi konseli untuk merencanakan, memantau, mengelola rencana pendidikan, karier dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Pelayanan yag diberikan bersifat individual.
3.3. Fokus Pengembangan Perencanaan Individual
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan perkembangan aspek akademik, karier dan pribadi-sosial.
3.4. Strategi Implementasi Program Pelayanan Responsif
Di dalam Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (DitJen PMPTK-Depdiknas, 2007) Strategi Implementasi Program Perencanaan Individual dikemukakan sebagai berikut: konselor membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya.
4. Dukungan Sistem
Ketiga komponen seperti pelayanan dasar bimbingan, pelayanan responsive dan perencanaan individual merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur misalnya: Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta pengembangan kemampuan professional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberi bantuan atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli. Dukungan sistem ini meliputi aspek: pengembangan jejaring/networking, kegiatan manajemen, riset dan pengembangan.
4.1. Pengembangan Jejaring/Networking
Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yaitu:
1) Konsultasi dengan guru-guru.
2) Menyelenggarakan program kerjasama dengan orangtua atau masyarakat.
3) Berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan Sekolah/Madrasah.
4) Bekerjasama dengan personel sekolah lainya dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan konseli.
5) Melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling.
6) Melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
4.2. Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan upaya untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melaui kegiatan: pengembangan program, pengembangan staf, pemanfaatan sumberdaya dan pengembangan penataan kebijakan yang dirinci berikut; pengembangan profesioanlisme, pemberian konsultasi dan berkolaborasi dan manajemen program.
5. Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling
Penyusunan program bimbingan dan konseling di Sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, meliputi:
1) Asesmen lingkungan.
2) Asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik.
Berikut adalah struktur pengembangan program berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Dalam merumuskan program, struktur dan isi/materi program ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan peserta didik berdasarkan hasil penilaian kebutuhan di masing-masing Sekolah/Madrasah.
1) Rasional
2) Visi dan Misi
3) Deskripsi Kebutuhan
4) Tujuan
5) Komponen Program
6) Rencana Operasional (Action Plan).
2 komentar:
thanks infonya sangat bermanfaat
makasih banayak....izin sedot
Post a Comment